puisi : Guru




PENJASA TANPA TANDA


Mau disapa apa atau siapa duluan atau ?…
Kenangku, biar udara saja yang pertama terima puja ku
Terima kasih banyak udara untuk segala yang masuk dan transaksi kalian pada dua kantung itu

Oh iya . . . . terima kasih darah,
Pekat, apa warnamu? Merah tua ya?
Biar hanya kaki ini yg berpijak cukup itu saja, di Jakarta
Jangan macet darah, teruslah di jalan rayamu
Apalagi . . . ?
Itu saja salamku, di ujung kata amin doaku tetaplah sehat kalian . . .

Iya kalian . . .

Hai kalian yang hidup  . . . .
Apa kabarmu?
Masih akrab dengan kenangan?
sering berbincang dengan ingatan kan? Atau? Sudah tak lagi?
Pernah berkompromi dengan waktu?
tentang bisakah kembali lagi, sebentar saja kok sekitar 2-3 tahun lalu, mungkin lebih . . .
ada cerita hebat sebelum badan membungkuk dan tulang mulai menua
masih ada hasrat berkumpul dan habiskan waktu 8 jam di dalam,  bertirai kelas berlantai taman
kalian yang hebat. . .
yang berpita suara keras, berotot besar, yang sering mensilahturahmikan tanganmu dengan tubuh ini, entah berapa bekasnya, ku rindu itu 
kalian yang ramah, kalian yang hampir tak masuk di akalku begitu sarat ilmumu
semua kalian yang pernah membekali otak 1300 gram ini…
terimakasih banyak….

Ketika  sudah tak berseragam dan kita berbeda tanah pijakan
Ada sebagian dari kalian yang kubawa pergi….
Selain kenangan, ada hal yang kubawa Bersama kemanapun itu
Bukan buku rumus, buku hafalan, bahkan ini tak terukur oleh rumus dan tak terhafal
ilmu...
untuk melawan gaibnya dunia, menangkis tipuan zaman, dan menutup pedisnya bibir publik
Terimakasih banyak bekalnya . . . .
Tak hanya kenyang, bekalnya tak termakan usia . . .
Sanjungan, pujian, dan kehormatan, ku atas namakan kalian guru, penjasa pahlawan utama






WIR WIRAWAN 





Komentar

  1. Tulisan yg berkesan...Saya pun kecipratan kenangan semasa sekolah dulu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak, mari bernostalgia bersama. Semoga kedepannya akan lebih berkesan lagi.

      Hapus
  2. maaf apabila tampilan tulisan berantakan di layar handphone anda, puisi ini dapat dinikmati dengan tatanan yang lebih rapi lagi kalau dibuka lewat PC

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

03.00

GRHYA

lepeng